.
Usia
muda bukan halangan bagi dua sejoli Mochammad Nur Aziz Hanafi (23) dan Anggun
Pratiwi (24), untuk terjun menekuni dunia wirausaha. Disaat anak muda
kebanyakan bermimpi untuk bisa menjadi karyawan atau bahkan pegawai negeri,
Aziz dan Anggun justru mengembangkan nalurinya menjadi seorang entrepreneur.
Event organizer (EO), bisnis laundry, dan sabun herbal menjadi langkah awal
bagi Aziz dan Anggun mencoba peruntungan dalam dunia bisnis pada tahun 2009. Namun,
kurang maksimalnya pengelolaan dan ketatnya persaingan, membuat bisnis EO dan
laundry yang mereka jalankan hanya mampu bertahan selama satu tahun.
.
.
Sabun
herbal yang pada mulanya kurang diperhitungkan justru mampu memberikan
pemasukan yang stabil. “Disaat kami bingung karena usaha EO dan Laundry
tersebut tutup, kita masih bertahan untuk menjalankan usaha ini (sabun herbal),
dan waktu itu hasilnya cukup buat kita makan,” ujar Aziz kepada tim liputan
bisnisUKM, Jumat (13/1). Kondisi demikian membuat Aziz dan Anggun tidak
berfikir ulang untuk mengembangkan bisnis lain, jutru lebih memfokuskan diri
menjalankan usaha sabun herbalnya.
.
.
Memaksimalkan
pemasaran menjadi langkah pertama yang mereka lakukan saat memutuskan untuk
fokus dalam bisnis sabun herbal. “Awalnya hanya iseng dengan memasarkan secara
mulut ke mulut kepada teman dan keluarga, karena responnya positif, kami
mencoba memasarkannya via jejaring sosial seperti facebook dan twitter, dan
hasilnya luar biasa, karena hampir setiap hari kami mendapatkan pesanan,” jelas
Aziz. Sabun Herbal yang kemudian populer dengan brand Sabun Herbal Hawa
tersebut merupakan hasil produksi keluarganya (Anggun) yang berdomisili di
Solo. Aziz dan Anggun menjadi salah satu pihak yang dipercaya untuk memasarkan
produk sabun herbal tersebut.
.
.
Di
bawah naungan CV Giant Global Indonesia, Aziz dan Anggun kini memasarkan 21
jenis sabun herbal yang masing-masing memiliki khasiat untuk kesehatan. “Semua
produk merupakan hasil riset, dan telah diujicobakan selama 5 tahun, sehingga
dari segi khasiat tidak diragukan lagi,” imbuh Aziz. Ke-21 produk sabun herbal
hawa tersebut adalah rasa apel, coklat, ketimun, kopi, kunyit, madu, sereh,
sirih, zaitun, wartel, teh hijau, lengkuas, anggur, strawberry, kemangi,
alpokat, limau, bengkoang, susu, lulur, dan pegagan. Masing-masing jenis produk
dihasilkan dari ekstrak buah atau tanaman tersebut, sehingga memiliki aroma
asli yang khas.
.
.
Dengan
bahan baku yang berbeda-beda, khasiat atau kegunaan dari sabun tersebut juga
otomatis berbeda. Rasa apel misalnya, memiliki khasiat untuk mencegah kerut dan
komedo pada kulit; sementara rasa coklat berkhasiat untuk mengangkat sel kulit
mati; ketimun untuk mengencangkan dan mengurangi kadar minyak pada kulit;
kunyit yang bisa menghilangkan jamur, gatal, dan kutu air; dan masih banyak
lagi khasiat dari masing-masing sabun herbal hawa. “Jadi memang tidak hanya
semata sabun saja, namun sabun herbal hawa ini memiliki kegunaan sebagai sabun
kesehatan,” kata Aziz.
.
.
Saat
ini di rumahnya Krikilan Ngaglik Sleman, Aziz menjalankan usahanya dengan
sistem kemitraan dalam bentuk agen. “Sampai sekarang sudah ada 80 agen
kemitraan yang bekerjasama dengan kami, yang tersebar di hampir sebagian kota
di Indonesia, syarat untuk menjadi agen juga cukup mudah, yaitu dengan
bermodalkan 100 pcs sabun seharga Rp.750.000,00,” ujar pemuda asli Semarang
itu. Setelah menjadi agen, Aziz pun ‘membebaskan’ mitranya tersebut untuk
memasarkan produk sabun herbalnya dengan atau tanpa brand hawa.
.
.
Meskipun
menjalankan sistem kemitraan, Aziz juga tetap melayani permintaan sabunnyadalam
skala ecer seharga Rp.10.000,00/pcs. “Kebanyakan yang membeli eceran itu karena
memang untuk dipakai sendiri,” ungkapnya. Ketika ditanya tentang omzet
perbulannya, pemuda yang saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa jurusan
komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII Yogyakarta) itu tanpa ragu menyebut
angka yang cukup mencengangkan. “Dalam sebulan omzet kami rata-rata 80 juta
Rupiah, dengan keuntungan 30%,” ujarnya.
.
.
Selama
menjalankan usaha tersebut, Aziz mengaku belum menemui kendala yang berarti.
Apalagi, bahan baku produksi yang mudah dijumpai di pasaran makin memudahkan
usahanya tersebut untuk semakin berkembang. “Yang mungkin menjadi sedikit
penghambat itu justru diproses pengiriman produk, dimana antara satu ekspedisi
dengan yang lainnya kadang waktu pengirimannya tidak sama, sehingga terkadang
ada sedikit complain dari cutomers,” jelasnya. Namun hal itu tidak mengurangi
keyakinan Aziz yang dalam waktu dekat ingin memasarkan produknya hingga ke
Amerika Serikat.
